Laman

Minggu, 23 Mei 2010

Nganjuk Enterpreneur Community

yupz...
postingan kali ini,mengangkat tema enterpreneur...
taw kan,apa enterpreneur itu???
Entrepreneur itu,bla bla bla (cari ndiri di internet,biar biasa browsing sampean,hehehe)
Kembali ke topik awal...
di bulan April kmren,sekelompok pengusaha yang peduli kota Nganjuk,membuat
sebuah  wadah Enterpreneur  Community di Nganjuk,namanya NEC (NGANJUK ENTERPRENEUR COMMUNITY),Mantap Jo namane !!!






itu dia lambangnya,keren kan???
Kalo Slogannya:
"AYO MBANGUN NGANJUK"


Visi wadah ini,

Slide 38
"Mewujudkan Nganjuk menjadi Sumber dan Market Pembangunan serta Sumber Daya yang Potensial untuk menarik Investor menuju Kejayaan Nganjuk"
La,kalo misinya,
Slide 38
1.Menyiapkan kerangka strategis untuk menyiapkan sektor-sektor yang potensial (Plan 1 th, Plan 5 th dan Plan 10 th)
2.Sinergi dengan Pemerintah daerah untuk mengarah kepada Masyarakat dan Nganjuk yang Maju “ Nganjuk Jaya “
3.Membuat networking internal dan eksternal untuk memasarkan produk-produk unggulan Nganjuk diberbagai sektor
4.Membuka peluang iklim investasi yang menciptakan peningkatan roda ekonomi dan lapangan kerja 
5.Menyiapkan SDM Masyarakat pelaku roda ekonomi yang memiliki jiwa Entreuperneurship khususnya pemuda-pemudi Nganjuk
6.Menciptakan peluang usaha yang menghasilkan nilai ekonomi
pokonya,mantep dh,
sekarang,kanalan dg para pendirinya,
Slide 40
1.Radian Sigit ( Telkom Nganjuk )
2.Ari Budi Susilo ( StarNet Media )
3.Harun ( Global Komputer )
4.Gogot (Prasasti Komputer )
5.Rohan (Donut Marqi )
6.Nyoto  ( Bakso Ratu )
7.Dwi  (Laundry )
8.Didik - Hendri (Video-Fotografi)
9.Andika (Java
1.Karim (Mebel Ukir)
1.Heri (BNN – Pengusaha Kontraktor ) => Pak heri ini yang jadi ketuanya NEC
1.Iwan (IT – Solution)
1.Agung  (Busana Muslim)
1.Edi Sujiyono ( Pertanian )
1.Afif  ( Bawang goreng ) 
trus,pelindungnya:
Slide 40 Bupati Nganjuk
 Wakil Bupati
 Muspida 
Penasihatnya:
Slide 40  
Kepala BAPPEDA
 Kadin Deperindagkop
 Kadin Tenagakerja
 Nirwana Group
 H. Sukayat 
la..
itu tadi tentang wadahnya,ikuti postingan berikutnya...
 

Sabtu, 15 Mei 2010

Chord Zifhilia Aishiteru (menunggumu)

[intro] A E F#m E A

A E
Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku
F#m
saat ku harus bersabar dan trus bersabar
C#m
menantikan kehadiran dirimu
A
entah sampai kapan aku harus menunggu
E
sesuatu yang sangat sulit tuk kujalani
F#m
hidup dalam kesendirian sepi tanpamu
E
kadang kuberpikir cari penggantimu
A
saat kau jauh disana


[chorus]
A E
walau raga kita terpisah jauh
F#m
namun hati kita selalu dekat
E
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
A E
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
F#m
terhapus ruang dan waktu
E
percayakan kesetiaan ini
A
akan tulus a a ai aishiteru


A E
Gelisah sesaat saja tiada kabarmu kucuriga
F#m
entah penantianku takkan sia-sia
C#m
dan berikan satu jawaban pasti
A
entah sampai kapan aku harus bertahan
E
saat kau jauh disana rasa cemburu
F#m
merasuk kedalam pikiranku melayang
E
tak tentu arah tentang dirimu
A
apakah sama yang kau rasakan


[chorus]
A E
walau raga kita terpisah jauh
F#m
namun hati kita selalu dekat
E
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
A E
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
F#m
terhapus ruang dan waktu
E
percayakan kesetiaan ini
A
akan tulus a a ai aishiteru


[bridge]
B G#m
hapus sendiri pikiran melayang terbang
F#
perasaan resah gelisah
E
jalani kenyataan hidup tanpa gairah

B G#m
lupakan segala misi dan ambisimu
F#
akhiri semuanya cukup sampai di sini
E
dan buktikan pengorbanan cintamu untukku
kumohon kau kembali

[solo] A E F#m E 2x

[Japan song] A E F#m D

[chorus]
B F#
walau raga kita terpisah jauh
G#m
namun hati kita selalu dekat
F#
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
B F#
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
G#m
terhapus ruang dan waktu
F#
percayakan kesetiaan ini
B
akan tulus a a ai aishiteru
F#
wooou wo wooo
G#m F# B
wooou wo wooo
Chord Zifhilia Aishiteru (menunggumu)
Author : Chord Frenzy
[intro] A E F#m E A

A E
Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagiku
F#m
saat ku harus bersabar dan trus bersabar
C#m
menantikan kehadiran dirimu
A
entah sampai kapan aku harus menunggu
E
sesuatu yang sangat sulit tuk kujalani
F#m
hidup dalam kesendirian sepi tanpamu
E
kadang kuberpikir cari penggantimu
A
saat kau jauh disana


[chorus]
A E
walau raga kita terpisah jauh
F#m
namun hati kita selalu dekat
E
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
A E
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
F#m
terhapus ruang dan waktu
E
percayakan kesetiaan ini
A
akan tulus a a ai aishiteru


A E
Gelisah sesaat saja tiada kabarmu kucuriga
F#m
entah penantianku takkan sia-sia
C#m
dan berikan satu jawaban pasti
A
entah sampai kapan aku harus bertahan
E
saat kau jauh disana rasa cemburu
F#m
merasuk kedalam pikiranku melayang
E
tak tentu arah tentang dirimu
A
apakah sama yang kau rasakan


[chorus]
A E
walau raga kita terpisah jauh
F#m
namun hati kita selalu dekat
E
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
A E
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
F#m
terhapus ruang dan waktu
E
percayakan kesetiaan ini
A
akan tulus a a ai aishiteru


[bridge]
B G#m
hapus sendiri pikiran melayang terbang
F#
perasaan resah gelisah
E
jalani kenyataan hidup tanpa gairah

B G#m
lupakan segala misi dan ambisimu
F#
akhiri semuanya cukup sampai di sini
E
dan buktikan pengorbanan cintamu untukku
kumohon kau kembali

[solo] A E F#m E 2x

[Japan song] A E F#m D

[chorus]
B F#
walau raga kita terpisah jauh
G#m
namun hati kita selalu dekat
F#
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
B F#
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh
G#m
terhapus ruang dan waktu
F#
percayakan kesetiaan ini
B
akan tulus a a ai aishiteru
F#
wooou wo wooo
G#m F# B
wooou wo wooo

"NEGERI 5 MENARA"

Diambil dari :http://kickandy.com/theshow/2010/05/14/1880/1/1/1/NEGERI-     5-MENARA

Kisah lima sahabat yang sedang mondok di sebuah pesantren, dan kemudian bertemu lagi ketika mereka sudah beranjak dewasa. Uniknya, setelah bertemu, ternyata apa yang mereka bayangkan ketika menunggu Azhan Maghrib di bawah menara masjid benar-benar terjadi. Itulah cuplikan cerita novel laris Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi  yang menjadi topik Kick Andy kali ini.
Ahmad Fuadi yang berperan sebagai Alif di novel itu berkisah, ia tak menyangka  dan tak percaya bisa menjadi seperti sekarang ini. Pemuda asal Desa Bayur, Maninjau, Sumatera Barat itu adalah pemuda desa yang diharapkan bisa menjadi seorang guru agama seperti yang diinginkan kedua orangtuanya.  Keinginan kedua orangtua Fuadi tentu saja tidak salah. Sebagai “amak” atau Ibu kala itu, menginginkan agar anak-anaknya menjadi orang yang dihormati di kampung seperti menjadi guru agama.
“Mempunyai anak yang sholeh dan berbakti adalah sebuah warisan yang tak ternilai, karena bisa mendoakan kedua orangtuanya mana kala sudah tiada,” ujar Ahmad Fuadi mengenang keinginan Amak di kampung waktu itu.
Namun ternyata Fuadi alias Alif mempunyai keinginan lain. Ia tak ingin seumur hidupnya tinggal di kampung. Ia mempunyai cita-cita dan keinginan untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk diwujudkan. Kedua orangtuanya bergeming agar Fuadi tetap tinggal dan sekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Namun berkat saran dari ”Mak Etek” atau paman yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Fuadi kecil bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Dan, disinilah cerita kemudian bergulir. Ringkasnya Fuadi kemudian berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani,Dulmajid alias Monib, Baso alias Ikhlas Budiman dan Said alias Abdul Qodir.
Kelima bocah yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Gontor ini setiap sore mempunyai kebiasaan unik. Menjelang Azan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka melambungkan impiannya. Misalnya Fuadi mengaku jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak lulus nanti. Begitu pula lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa.
Melalui lika liku kehidupan di pesantren yang tidak dibayangkan selama ini, ke lima santri itu digambarkan bertemu di London, Inggris beberapa tahun kemudian. Dan, mereka kemudian bernostalgia dan saling membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.
Belajar di pesantren bagi Fuadi ternyata memberikan warna tersendiri bagi dirinya. Ia yang tadinya beranggapan bahwa pesantren adalah konservatif, kuno, ”kampungan” ternyata adalah salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar menjujung disiplin yang tinggi, sehingga mencetak para santri yang bertanggung jawab dan komitmen. Di pesantren mental para santri itu ”dibakar” oleh para ustadz agar tidak gampang menyerah. Setiap hari, sebelum masuk kelas, selalu didengungkan kata-kata mantera ”Manjadda Wajadda” jika bersungguh-sungguh akan berhasil.
”Siapa mengira jika Fuadi yang anak kampung kini sudah berhasil meraih impiannya untuk bersekolah dan bekerja di Amerika Serikat? Untuk itu, jangan berhenti untuk bermimpi,” ujar Ahmad Fuadi memberikan nasihat. ( end )Kisah lima sahabat yang sedang mondok di sebuah pesantren, dan kemudian bertemu lagi ketika mereka sudah beranjak dewasa. Uniknya, setelah bertemu, ternyata apa yang mereka bayangkan ketika menunggu Azhan Maghrib di bawah menara masjid benar-benar terjadi. Itulah cuplikan cerita novel laris Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi  yang menjadi topik Kick Andy kali ini.
Ahmad Fuadi yang berperan sebagai Alif di novel itu berkisah, ia tak menyangka  dan tak percaya bisa menjadi seperti sekarang ini. Pemuda asal Desa Bayur, Maninjau, Sumatera Barat itu adalah pemuda desa yang diharapkan bisa menjadi seorang guru agama seperti yang diinginkan kedua orangtuanya.  Keinginan kedua orangtua Fuadi tentu saja tidak salah. Sebagai “amak” atau Ibu kala itu, menginginkan agar anak-anaknya menjadi orang yang dihormati di kampung seperti menjadi guru agama.
“Mempunyai anak yang sholeh dan berbakti adalah sebuah warisan yang tak ternilai, karena bisa mendoakan kedua orangtuanya mana kala sudah tiada,” ujar Ahmad Fuadi mengenang keinginan Amak di kampung waktu itu.
Namun ternyata Fuadi alias Alif mempunyai keinginan lain. Ia tak ingin seumur hidupnya tinggal di kampung. Ia mempunyai cita-cita dan keinginan untuk merantau. Ia ingin melihat dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh yang ia baca di buku atau mendengar cerita temannya di desa. Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk diwujudkan. Kedua orangtuanya bergeming agar Fuadi tetap tinggal dan sekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Namun berkat saran dari ”Mak Etek” atau paman yang sedang kuliah di Kairo, akhirnya Fuadi kecil bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. Dan, disinilah cerita kemudian bergulir. Ringkasnya Fuadi kemudian berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani,Dulmajid alias Monib, Baso alias Ikhlas Budiman dan Said alias Abdul Qodir.
Kelima bocah yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Gontor ini setiap sore mempunyai kebiasaan unik. Menjelang Azan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka melambungkan impiannya. Misalnya Fuadi mengaku jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak lulus nanti. Begitu pula lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa.
Melalui lika liku kehidupan di pesantren yang tidak dibayangkan selama ini, ke lima santri itu digambarkan bertemu di London, Inggris beberapa tahun kemudian. Dan, mereka kemudian bernostalgia dan saling membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.
Belajar di pesantren bagi Fuadi ternyata memberikan warna tersendiri bagi dirinya. Ia yang tadinya beranggapan bahwa pesantren adalah konservatif, kuno, ”kampungan” ternyata adalah salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar menjujung disiplin yang tinggi, sehingga mencetak para santri yang bertanggung jawab dan komitmen. Di pesantren mental para santri itu ”dibakar” oleh para ustadz agar tidak gampang menyerah. Setiap hari, sebelum masuk kelas, selalu didengungkan kata-kata mantera ”Manjadda Wajadda” jika bersungguh-sungguh akan berhasil.
”Siapa mengira jika Fuadi yang anak kampung kini sudah berhasil meraih impiannya untuk bersekolah dan bekerja di Amerika Serikat? Untuk itu, jangan berhenti untuk bermimpi,” ujar Ahmad Fuadi memberikan nasihat. ( end )

Pukul 23:06

"benar-benar sepi di rumah,rasa kangen pada pondok mulai menyusup ke dalam tiap sungsum tulang,yah,kurasa,aku mulai merasa rindu suasana ramai,riang & hidup meski di malam hari..."
yah,namun,meski begitu,aku harus tetap bersyukur,karena malam ini,bisa sepuasnya ngedit blog ni...

Sang Petualang

hm....
benar-benar hari yang cerah untuk minggu - minggu ini untuk daerah Nganjuk kota.Eits,jangan salah dulu,maksudnya cerah mulai jam 06.00 - 14.00,habis itu,tik,tik,tik,hujan mulai turun rintik-rintik,semakin lama,hujan pun makin deras,di saat itulah,waktunya pakaian yang dijemur harus segera dipindahkan ke tempat kering & pada saat itu juga,para cacing,katak,bekicot and insect rain other mulai berpesta,

"Saat itulah,waktunya tuk mulai menjelajah,di negeri yang elok ini..."